Anda Bisa Berhasil

Banyak anak muda yang tidak berhasil dalam hidupnya. Putus sekolah, frustasi, menganggur, lalu jadi pengemis atau gelandangan. Berbagai alasan akan mereka cari untuk memaafkan kondisi hidup yang sedang dialami, yang semua itu hanya sebatas alasan. Padahal, jika saja dia mau berpikir keras, akan selalu ada jalan keluar dari setiap tantangan atau masalah yang datang padanya. Mari kita lihat kisah nyata seorang anak muda di bawah ini, yang melihat kondisi orang tua yang miskin adalah tantangan yang harus dikalahkan.
Di sebuah desa terpencil hiduplah satu keluarga sederhana yang punya satu anak laki-laki bernama Agus, berumur sekitar 19 tahun. Orang tua Agus memiliki sebidang tanah yang kurang berharga seluas 2 hektare. Kurang berharga disebabkan di desa tersebut tanah yang berharga saat itu adalah tanah yang bisa dijadikan lahan bersawah. Bentuk tanah mereka merupakan bukit dan berada di tengah-tengah sawah warga. Sejak dibeli, bukit tersebut hanya dibiarkan menjadi hutan yang ditumbuhi pohon liar. Sekitar tahun 1970an terjadi wabah wereng, hingga sawah yang cukup luas itu ditinggalkan para pemiliknya. Pengairan atau sungai tak terurus lagi hingga lahan yang tadinya sawah menjadi genangan air yang sangat luas.
Suatu hari Agus menatap bukit itu dari jauh. Dia berkata “aku akan mendirikan rumah yang layak bagi orang tuaku dari hasil bukit yang selama ini tak berguna”.
Jalan menuju bukit itu tidak ada, sedang jarak antara bukit dengan perkampungan sekitar tiga ratus meter. Lalu seorang teman Agus yang berasal dari Kalimantan memberikan saran pada Agus untuk membuat jalan dari bambu.
Agus mengasah goloknya lalu menebas rumput selebar empat meter sepanjang jalan yang akan dia buat di atas air. Dia tebang bambu-bambu di bukit tersebut menggunakan golok. Dia memotong bambu-bambu itu menjadi tiang menggunakan gergaji milik tetangga, lalu dia tancapkan bambu demi bambu, dia ikat pakai kawat, dan di atas tiang bambu yang membentuk huruf “X” tersebut dia bentangkan bambu panjang menjadi jalan yang bisa dia lalui setiap hari tanpa harus menyentuh air.
Setelah jalan atau jembatan selesai dikerjakan, setiap hari Agus menebang pohon-pohon di bukit itu, dan lagi-lagi menggunakan kapak yang dipinjam dari tetangga. Berangkat pagi dari rumah lengkap dengan air minum yang cukup, ubi rebus dan nasi serta lauk seadanya, cukup untuknya dan seekor anjing yang selalu setia menemaninya. Semua dimasukkan dalam tas. Di tangan kiri golok panjang, di tangan kanan kapak besar dan di sampingnya berjalan seekor anjing hitam selalu setia menemaninya. Sebelum bekerja, Agus akan berbincang dengan anjingnya, meminta si anjing agar selalu menemaninya. Anjing akan mengonggong tanda mengerti. Lalu Agus dan anjinya akan pulang setelah matahari terbenam.
Singkat cerita, dalam beberapa bulan bukit itu siap ditanami. Agus tidak punya uang untuk membeli bibit kelapa sawit untuk ditanam di lahan itu. Tak putus asa, Agus berjalan ke belakang rumahnya, dimana ada perkebunan kelapa sawit milik suatu perusahaan perkebunan. Dia ambil biji kelapa sawit yang sudah tua, lalu dibibitkan di plastik untuk kemasan gula pasir, seharusnya menggunaka plastik polybag, lalu ditanam di bukit itu. Tak berhenti sampai di sana, Agus berencana menanam pisang Medan, tanaman tumpang sari diantara pohon kelapa sawit. Lalu dia berkeliling dari desa ke desa mencari bibit pisang gratisan. Sulit didapatkan karena jumlah yang dibutuhkan cukup banyak. Dia tidak putus asa, dia terus mencari hingga ke desa tetangga, berkilo-kilo meter jarak yang dia tempuh menggunakan sepeda. Dia tak segan-segan untuk meminta anak pisang tersebut dari pemilik tanah. Ada yang memberikan dan tak sedikit yang menolak memberi. Kadang Agus harus membayar bibit pisang tersebut dengan bekerja seharian di kebun pemilik pisang yang akan dia minta.
Biasanya, bibit ditanam beserta batangnya, hanya daun yang dibuang. Namun karena jalan menuju bukit itu cukup licin, hanya sebatang bambu, Agus memotong dan membuang batang pisang, hanya umbinya yang dibawa menggunakan karung plastik, lalu ditanam.
Sekitar setahun kemudian pisang berbuah dan tibalah saatnya panen. Dua kali seminggu agen pisang datang dari kota. Tak lama mimpi Agus terwujud, gubuk orang tuanya yang terbuat dari dinding bambu, lantai tanah, atap daun, berganti lebih layak. Menjadi dari batu bata, lantai keramik dan atap seng. Agus dapat melanjutkan pendidikannya ke bangku kuliah, adik-adiknya juga bisa bersekolah dengan baik, kakaknya juga bisa melanjutkan kuliahnya. Kelapa sawit terus bertumbuh, panen dan menjadi gaji pensiunan bagi kedua orang tua Agus. Bahkan bisa menolong banyak orang.
Lewat kisah sederhana di atas, kita bisa simpulkan bahwa sukses itu adalah milik semua orang – semua orang yang mau berjuang dengan gigih.
Sahabat, apa pun kondisi Anda saat ini, tetaplah semangat. Gunakan pikiran Anda untuk memikirkan apa yang harus Anda kerjakan agar sukses. Gunakan kedua tangan Anda untuk bekerja. Kita punya waktu, pergunakanlah dengan baik. Kita punya teman dan sahabat, minta petunjuk dan bantuan mereka. Terus bersikap baik walau kadangkala keadaan tidak sesuai harapan Anda.

Comments

Popular posts from this blog

Berhentilah Membenci Pemarah

Sepuluh Tips Agar Tahan Lama Di Atas Ranjang

Mengakui Yesus Kristus