Anda Tak Perlu Marah

Suatu ketika suami istri duduk berhadap-hadapan hendak menikmati mie di suatu restoran. Sang suami yang merasa sangat lapar segera menuangkan sambal yang tersedia ke mangkuknya, lalu mengaduk agar segera menikmati mie tersebut. Dengan cepat sang istri menegur sang suami dengan nada sedikit meninggi.
“Kenapa kamu tuang semua? Sambal itu untuk kita berdua! Mie kamu itu jadi terlalu pedas!”
“Tenang, tak perlu marah. Maaf, saya nggak tahu kalau sambalnya hanya satu buat kita berdua. Kecantikanmu berkurang kalau kamu marah. Saya akan tuang semua kuah di mangkuk saya ini ke mangkuk kamu, lalu sebagian kuah di mangkuk kamu itu saya ambil lagi ke mangkuk saya, jadi rasa pedasnya akan sama”, kata sang suami.
Masalah selesai dengan baik. Suami dan istri terpuaskan…
Itu salah satu contoh kisah atau cerita yang menggambarkan bahwa tidak selamanya amarah itu dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah, baik masalah kecil maupun masalah besar. Dari pengalaman saya, justru amarah menambah masalah baru pada masalah yang sudah ada.
Dalam cerita di atas, andai saja sang suami balas marah dan menjawab dengan kasar, maka persoalan sepele tersebut tidak terselesaikan, malahan akan menambah masalah baru yaitu pertengkaran dan keributan di depan umum. Dan tak tertutup kemungkinan, masalah sambal itu bisa berakhir di pengadilan agama alias bercerai.
Kata-kata dan sikap lemah lembut bagaikan air di tengah padang pasir. Sebesar apa pun masalah yang kita hadapi, semua punya solusi. Duduklah tenang, lalu berpikirlah, berembuklah, maka akan muncul ide dan solusi terbaik bagi masalah-masalah yang kita hadapi.
Amarah kita hanya akan menyakiti orang lain, orang-orang yang kita cintai, bahkan hati kita sendiri. Karena kata-kata yang kita ucapkan bagaikan bumerang yang akan kembali pada kita, entah itu kata-kata yang baik ataupun kata-kata yang kurang baik.

Comments

Popular posts from this blog

Berhentilah Membenci Pemarah

Sepuluh Tips Agar Tahan Lama Di Atas Ranjang

Mengakui Yesus Kristus