Marahku Tak Bisa Mengembalikan Uang Itu

Suatu ketika saya memberikan instruksi tertulis pada team work, tentang material-material yang akan dia beli guna memenuhi kebutuhan proyek yang sedang kami kerjakan di Cikarang, Jawa Barat. Catatan saya cukup jelas, warna dan jenis material bangunan yang akan dibeli.
Beberapa hari kemudian, saya mendapatkan laporan bahwa ada satu material yang salah warna. Seperti biasanya, barang yang sudah dibeli tidak dapat dikembalikan. Begitu perlakuan supplier terhadap barang-barang yang dijualnya. Nilai material tersebut lumayan, jutaan rupiah. Dan akibat lain yang disebabkan kesalahan itu adalah target penyelesaian pekerjaan jadi terganggu. Itu bisa berakibat kurang baik pada nama perusahaan. Kepercayaan pelanggan jadi berkurang.
Saya memanggil team work yang melakukan kesalahan itu, lalu saya menanyakan mengapa sampai hal itu terjadi. Dia menjelaskan, dia tidak memperhatikan dengan seksama instruksi saya, lalu dia minta maaf.
Sejenak saya menarik nafas lebih dalam dari biasanya, lalu saya berpikir. Apa perlu saya kesal lalu marah? Apakah bila saya kesal dan marah uang itu akan kembali? Waktu akan kembali? Jika saya marah, hati bapak ini akan terluka padahal uang dan waktu tetap tidak akan pernah kembali sebesar apapun amarah saya padanya. Jika saya marah, saya hanya melakukan hal yang tak berarti, malahan menambah kerugian dan memunculkan masalah baru. Saya mencoba memposisikan diri di tempat bapak itu. Dia sudah merasa bersalah dan minta maaf. Pastinya dia tersakiti oleh kesalahannya itu.
Kemudian saya berkata, “Oke pak, tak apa-apa. Tapi lain kali tolong agar lebih berhati-hati dalam bekerja. Selain kehilangan uang, kita juga kehilangan waktu, bahkan bisa saja kepercayaan pelanggan pada kita berkurang.”
Hingga sekarang bapak itu tetap bekerja mendukung saya. Hatinya tidak terluka walau dia melakukan kesalahan. Setiap hari dia terus bersemangat bekerja dengan baik. Saya mendapatkan hatinya. Dan saya juga mendapatkan uang yang lebih banyak dari kinerjanya yang semakin baik dari hari ke hari berikutnya.
Tataplah semua orang dengan cinta kasih apapun kedudukan mereka. Perlakukan semua orang dengan baik apapun status sosial mereka. Jadikan semua orang sebagai teman dan kawan. Maka, semua itu akan kembali pada kita, cepat atau lambat.
Ingat!!! Faktor utama kesuksesan bukanlah modal uang yang besar dan bukan juga pendidikan formal yang tinggi, tapi personality yang baik.

Comments

Popular posts from this blog

Berhentilah Membenci Pemarah

Sepuluh Tips Agar Tahan Lama Di Atas Ranjang

Mengakui Yesus Kristus