Kisah Sukses Anak Pemabuk Yang Miskin

Dia lahir di Jakarta pada tahun 1986 di tengah keluarga yang tidak harmonis. Pekerjaan ayahnya tidak jelas, kesehariannya dihabiskan untuk berjudi dan mabuk-mabukan. Ibunya bekerja serabutan, kadang berjualan nasi bungkus di proyek, dan mengerjakan apa saja yang penting bisa menghasilkan uang dengan halal. Dia lahir di suatu rumah sakit, namun karena keadaan keuangan yang begitu menyedihkan, dia terpaksa ditahan pihak rumah sakit sampai biaya persalinan dilunasi sang ibu. Tak berapa lama dari dia lahir, ayahnya meninggal akibat sakit parah.
Dia bertumbuh dengan menikmati makanan seadanya tanpa kasih sayang dari seorang ayah. Dia bersekolah dengan susah payah, dibantu keluarga yang lain, hingga akhirnya tamat SMU. Setelah tamat SMU, dia berusaha mencari pekerjaan. Namun apa daya, ijazah hanya SMU, maka harapan masih tinggal harapan belaka. Akhirnya dia bekerja di bengkel sepeda motor, bantu-bantu, yang penting dapat uang untuk dibawa pulang, agar beban sang ibu tidak terlalu berat.
Suatu sore sehabis pulang dari bengkel, dia duduk santai di depan rumah. Dia menyapa seorang tetangga yang lewat di depannya, yang kebetulan seorang pemilik suatu usaha, lalu mereka berbincang. Dia memberanikan diri meminta pekerjaan.
“Sebagai apa?” tanya boss tersebut.
“Supir pickup pak”, jawabnya.
“Sebenarnya ngga ada lowongan di kantor saya saat ini, tapi cobalah datang besok ke kantor dan sampaikan surat lamaran serta CV kamu”, lanjut sang boss.
Besoknya, dia datang ke kantor tetangganya tersebut, lalu interview. Pada saat interview, dia minta maaf karena sebenarnya dia belum ahli mengemudikan mobil dan SIM juga belum ada. Boss tersenyum sambil berkata, “Ngga apa-apa, semangat dan belajarlah, kamu bisa sukses kalau kamu mau berjuang. Saya siapkan tangga untuk kamu naiki.”
Dia diterima bekerja, diberikan uang kasbon untuk urus SIM, dan dilatih agar mahir menyetir mobil. Dia bekerja dengan giat tanpa pernah menyia-nyiakan kepercayaan dan kebaikan dari pemilik usaha tersebut.
Suatu hari sang boss memanggilnya dan bertanya. “Kamu mau bekerja lebih dari hanya sekedar supir?”
Tanpa pikir panjang, dia jawab “mau pak”
Lalu dia dipercayakan menjadi asisten suatu proyek di Ciawi, Jawa Barat. Dia belajar dengan tekun, berusaha memahami arahan dari sang boss. Dia tidak mengeluh walau kadang kehujanan dan kepanasan. Tekadnya bulat, “aku harus berhasil!” Dan dia berhasil mendapat perhatian dan kepercayaan dari pimpinan usaha itu. Berbagai proyek dipercayakan padanya untuk diurus, dan dia mengerjakannya dengan baik. Dia dikirim ke berbagai daerah dimana perusahaan mendapatkan proyek, dia tidak mengeluh dan terus bersemangat. Tak cukup sampai disana, dia tekun menambah ilmu di bidang bangunan, dan dia juga belajar menggunakan software AutoCAD hingga dia sangat ahli menggambar.
Beberapa tahun kemudian, karena sesuatu hal, usaha tersebut harus gulung tikar. Dia minta ijin dengan baik-baik untuk mencoba membuka usaha sendiri, usaha yang sama. Sang boss dengan senang hati mengijinkannya. Sekarang dia sudah menikah dengan seorang sarjana, pesta nikahnya lumayan mewah (lihat cuplikannya di sini), dan dikaruniai tiga anak. Punya usaha sendiri, sudah punya rumah yang layak, juga mobil dan mempekerjakan beberapa karyawan.
Swami Sivananda berkata, “Put your heart, mind, and soul into even your smallest acts. This is the secret of success.”

Comments

Popular posts from this blog

Berhentilah Membenci Pemarah

Sepuluh Tips Agar Tahan Lama Di Atas Ranjang

Mengakui Yesus Kristus