Kamu Lebih Berharga Dari Uang

Pertengahan tahun 2016 kami mendapat pekerjaan di TPU Karet Bivak, Jakarta: pengadaan aluminium composite panel (ACP) - pasang baru dan bongkar pasang ACP lama. Awalnya kami dimintai memberikan surat dukungan untuk proses tender yang sedang mereka ikuti. Kami layani dengan baik, siapkan surat dukungan, brosur material dan presentasi perihal jasa yang kami layani.

Singkat cerita, pekerjaan tersebut dipercayakan pada kami. Pekerjaan tersebut dua lokasi walau sangat berdekatan: bangunan baru dan bangunan lama. Project Managernya (PM) sampaikan surat perjanjian kerja (SPK) dibuat 2, pekerjaan bongkar pasang di bangunan lama dan pasang baru di bangunan baru. Yang pertama disiapkan adalah SPK dari pekerjaan di bangunan lama. Untuk bangunan baru akan menyusul.

Bangunan lama sangat ektrim, dibutuhkan tekhnik khusus untuk mendirikan alat bantu kerja yaitu scafolding dan pipa-pipa bersusun. Dan waktu yang dibutuhkan untuk mendirikan alat bantu kerja tersebut cukup lama. Kemudian kami mengerjakannya dengan baik.

Setelah beberapa minggu bekerja, kami melihat di bangunan mulai dikerjakan pemasangan ACP. Saya coba tersenyum lalu bertanya pada sang PM. Dia menjawab namun terkesan itu bukan haknya, direktur yang memutuskannya. Walau begitu, pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kami kerjakan hingga tuntas. Ya, itu hak mereka akan dipercayakan pada siapa saja.

Pekerjaan selesai, kami terbitkan berkas tagihan. Retensi 5% selama 3 bulan dari serah terima pekerjaan 100%.

Setelah lewat 3 bulan. Kami hubungi pemberi kerja, lalu seperti biasa kami terbitkan berkas tagihan retensi, Rp 16jt lebih. Tunggu punya tunggu, tagihan tak juga dicairkan. Kami coba telpon, berbagai jawaban yang menjadi alasan diberikan, tapi tak satu pun alasan tersebut adalah perihal buruknya pekerjaan kami. Kami berkali-kali datangi ke kantornya, namun tetap jawaban yang tak masuk akal yang kami terima. Saya coba meminta nomor HP sang direktur atau pemilik perusahaan itu, para staffnya tidak ada yang mau memberikannya.

Akhirnya saya putuskan untuk melupakannya. Saya sampaikan ke semua team work agar tidak bersikap kasar dan agar jangan sampai mengucapkan kata-kata negatif apalagi menghina pemberi kerja. Saya sarankan agar fokus pada pekerjaan yang ada, berharap pada pekerjaan-pekerjaan yang akan datang. Jangan menyakiti siapa pun karena uang. Uang bukan segalanya. Manusia jauh lebih berharga dari uang apa pun sikap mereka. Ya, kami lupakan sejumlah uang itu...

Beberapa hari lalu, iseng-iseng sambil menunggu berlalunya hari, saya melihat-lihat status di WhatsApp. Melintas status salah satu staff pemberi kerja tersebut. Lalu saya berikan emot jempol. Tak lama dia balas dan menanyakan kabar dan sampaikan permintaan maaf. Saya sampaikan bahwa kami telah melupakannya. Dia sampaikan rasa salutnya karena kami tidak marah sama sekali atas perlakuan mereka. Dan sangat terbeban atas sikap pimpinannya dan dia berjanji akan bantu urus agar uang kami dibayarkan. Lalu dia kirimkan nomor hand phone direkturnya. Entahlah uang itu akan kami dapatkan atau tidak, hanya tahu bahwa dia peduli pada kami saja sudah sangat menyenangkan hati.

Ya, uang bukanlah segalanya. Bagi kami, sesama manusia jauh lebih berharga daripada uang. Tidak ada manusia yang pantas dan layak dihini, direndahkan, dicaci-maki dan dimarahi. Semua orang adalah manusia mulia yang pantas dihargai dan dihormati apa pun sikap mereka. Uang bisa dicari. Uang hanyalah alat bantu memenuhi kebutuhan hidup, namun cinta kasih adalah kebutuhan hidup terbesar manusia.

Comments

Popular posts from this blog

Berhentilah Membenci Pemarah

Sepuluh Tips Agar Tahan Lama Di Atas Ranjang

Mengakui Yesus Kristus