Perlakukan Anak Kita Dengan Lemah Lembut

Pada tanggal 27 November 2018 saya menuliskan satu status di Facebook berupa pertanyaan, "Apa efek yang terjadi pada anak yang selalu disalahkan dan tidak pernah diapresiasi?" Ada banyak jawaban dan tanggapan dari teman-teman saat itu. Ada berupa opini, komentar dan pengalaman pribadi. Ini diantaranya:

MS: "Belum pernah sih lihat secara langsung anak yang menerima perlakuan seperti itu, tapi kubayangkan seandainya akulah anak itu, ngeri sekali, bisa jadi aku akan jadi anak yang penakut dan tidak punya rasa percaya diri sama sekali."

PS: "Kemungkinan anak itu menjadi minder dan suka memberontak."

JP: "Dia akan jadi pemarah dan tidak percaya diri."

EA: "Akan membenci orang tuanya. Saya sendiri yang mengalaminya, rasa dendam bahkan sampai sudah reda sekalipun masih benci mendengar suara orang tua. Setiap nasehat dalam bentuk apa pun tidak akan bisa diterima karena apa pun yang kita dengar dari orang yang kita benci semua seperti sangat buruk."

AS: "Ini pengalaman hidup saya. Saya awalnya juga benci dan dendam ke orang tua saya, tapi karena saya belajar agama Buddha, saya melepaskan benci dan dendam saya walau saya tidak bisa sayang ke orang tua saya karena saya tumbuh besar tanpa kasih sayang orang tua. Walau sampai sekarang saya masih menerima perlakuan tidak adil dan makian, ya saya terima aja, saya anggap saya menerima karma buruk saya di masa lalu."

SW: "Meskipun anak itu pintar, tapi di dalam pikirannya akan selalu takut salah. Saya dididik seperti itu. Kerjaan saya lumayan bagus. Tapi tetap tiap pagi sebelum berangkat kerja ada pikiran takut ini itu, padahal tidak terjadi."

JH: Boleh jadi si anak akan membenci semua orang yang merendahkan atau menyalahkannya. Kejadian nyata di Medan, penduduk sekelurahan dengan kami. Keluarga DR. B, kepala Perawat RSUP - Medan. Kebiasaan bagi mereka sekeluarga bilamana anak-anak telah akhir tahun pelajaran selala dapat hadiah. Yang dapat juara kelas akan dapat hadiah dan dapat dada ayam, dan yang tidak dapat juara kelas akan dapat kaki atau ceker ayam, ditambah dengan seabrek-abrek nasehat yang baginya memuakkan. Rasa cemburu dan marah timbul di hati si anak yang tidak mendapat juara, lalu pada malam hari, pada saat semua seisi rumah tidur, si anak itu membunuh ayah, ibu, abang juga kakaknya dengan tangannya sendiri. Ada yang dipukul pakai alu, ada yang dipukul pakai kursi, ada yang lehernya diikat. jiwa si anak bgtu tertekan bgtu semua keluarga merendahkan dan memarahinya. Dia menganggap bahwa semua adalah musuh. Coba seandainya ada yang membujuk atau memotivasi dengan cara lemah-lembut, mengangkat atau memperlakukannya sebagai anak dan adik yang baik, pasti si anak akan merasa dirinya berharga, dan menganggap mereka adalah saudara, ayah dan ibu yang baik."

DH: Dari beberapa kasus yang aku perhatikan, untuk anak yang selalu disalahkan atau dididik secara keras, salah satu efeknya akan terbentuk karakter protektif terhadap dirinya sendiri dengan cara berbohong. Ketika anak tersebut misalnya ribut dengan anak yang lain, dia akan langsung membela diri dengan mengatakan anak lain yang mulai duluan. Bukan salahnya dia, karena sudah tersiaga di bawah sadarnya akan ditegor hingga dimarahi ketika ribut sama orang lain, ataupun hanya sekedar melakukan kesalahan tunggal misalnya menjatuhkan sesuatu. Dirinya tidak akan mau jujur karena orang tua cenderung akan memarahinya ketimbang menanyakannya baik-baik lalu memintanya agar hati-hati ke depannya.

Dan yang lebih ngerinya adalah pola didikan seperti ini (tidaknya menyelidiki terlebih dulu tapi langsung menyalahkan) ternyata banyak terjadi di masyarakat. Alhasil terbentuk sebuah kebiasaan atau budaya main hakim sendiri tanpa mau tahu duduk persoalannya. Banyak kasus penghakiman oleh masyarakat di lapangan ketika melihat suatu kejadian yang tidak bisa mereka tolerir. Misalnya tabrakan motor dan mobil, umumnya driver mobil akan lansung kabur walau driver motor yang salah, karena pengemudi mobil takut diamuk massa. Masyarakat selalu memperlakukan mobil sebagai pihak yang bertanggung jawab jika terjadi kecelakaan melibatkan motor atau pejalan kaki. Sikap main hakim sendiri ini mungkin terbentuk dari pola kebiasaan selalu menyalahkan sebelum menyelidiki atau menanyai akar persoalan.

Kalau untuk kasus tak pernah diapresiasi, umumnya akan membuat anak enggan untuk melakukan tindakan terpuji. Tentu sebagian anak yang punya prinsip berbuat bukan untuk dapat pujian, bisa tetap untuk berprestasi."

KM: "Di negara maju seperti Jepang, anak-anak yang diperlakukan seperti itu bisa stress dan bunuh diri. tidak menutup kemungkinan di kota-kota besar di Indonesia bisa juga ada kejadian seperti itu."

JJD: "Ada dua kemungkinan saja. Nomor 1, anak itu menjadi bodoh dan kikuk. Nomor 2, anak itu menjadi bandit kejam pembalas."

Dari komentar-komentar dan pengalaman di atas, dapat kita simpulkan bahwa mendidik anak dengan sangat keras, dengan bentakan, diskriminasi, sikap merendahkan akan memberi dampak buruk pada jiwa dan mental anak. Sekarang, mari kita sadari bahwa bentakan terhadap anak-anak lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya. Mari kita perlakukan anak-anak kita dengan lemah lembut, sabar dan berikan selalu pengertian mendalam.

Comments

  1. Numpang promo ya Admin^^
    ayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
    dengan minimal deposit hanya 20.000
    add Whatshapp : +85515373217 ^_~

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Berhentilah Membenci Pemarah

Sepuluh Tips Agar Tahan Lama Di Atas Ranjang

Mengakui Yesus Kristus